PRABOWO NEWS – Letnan Satu (Lettu) Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo merupakan dua nama yang tidak dapat dipisahkan dari Pertempuran Lengkong.
Keduanya gugur dalam peristiwa bersejarah yang terjadi di Lengkong pada 25 Januari 1946.
Tak banyak yang tahu, Letnan Soebianto dan Taruna Soejono memiliki hubungan keluarga dengan Prabowo Subianto yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) RI.
Prabowo bahkan menceritakan perihal kedua pamannya dan peristiwa heroik tersebut dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan Militer.
Baca Juga:
Prabowo Subianto Terima PM Singapura dengan Upacara Jajar Kehormatan dan Iringan Pasukan Berkuda
Prabowo Subianto Hapus Utang Macet Petani Nelayan UMKM, Tegaskan Keberpihakan Pemerintah
Prabowo Subianto Sambangi Jokowi ke Solo, Santap Malam dan Bicara Empat Mata di Angkringan Semar
Pada halaman depan, Prabowo Subianto menuliskan bahwa Kepemimpinan Militer juga merupakan buku yang ditulis untuk mengenang Soebianto Djojohadikusumo dan Soejono Djojohadikusumo.
“Buku ini juga untuk mengenang kedua paman saya. Kapten Anumerta Soebianto dan Taruna Soejono yang gugur bersama Mayor Daan Mogot dalam pertempuran melawan tentara Jepang di Lengkong, Tangerang Selatan, pada tanggal 25 Januari 1946,” tulis Prabowo.
Pertempuran Lengkong, Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan.
Dalam peristiwa yang terkenal dengan sebutan Pertempuran Lengkong itu, para taruna Akademi Militer Tangerang di bawah kepemimpinan Mayor Daan Mogot berusaha merebut senjata dari pangkalan Jepang.
Baca Juga:
Tinjau Proses Tanam dan Panen Padi, Prabowo Subianto Sempat Kemudikan Combine Harvester di Merauke
Tukar Pikiran Sambil Ngopi Hambalang, Prabowo Subianto dan Gibran Habiskan Sabtu Bersama
VIDEO: Prabowo Subianto Ucapkan Maaf Lahir Batin ke Rekan-rekan Media di Hari Kedua Lebaran
Peristiwa bersejarah ini dimulai pada akhir Januari 1946 di mana pasukan Belanda dan KNIL menduduki Parung dengan tujuan merebut depot senjata tentara Jepang di Lengkong.
Selanjutnya, pada 25 Januari 1946 berangkatlah pasukan di bawah pimpinan Daan Mogot yang berkekuatan 70 kadet Military Academy Tangerang (MAT) dan 8 tentara Gurkha.
Misi operasi ini guna mencegah senjata tentara Jepang yang sudah menyerah agar tidak jatuh ke tangan tentara Belanda.
Sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan tiba di markas Jepang. Kehadiran empat serdadu Gurkha berhasil memberi keyakinan pada pihak Jepang bahwa rombongan tersebut adalah gabungan TKR dan Sekutu.
Baca Juga:
Persiapan Jelang HUT RI, Prabowo Subianto Tinjau Pembangunan Gedung Istana Negara di IKN
VIDEO – Prabowo Subianto Boyong Kembali Annisah, TKW yang Terlantar di Malaysia Pulang ke Indonesia
Mayor Daan Mogot bersama beberapa tentara memasuki kantor Kapten Abe guna menjelaskan maksud kedatangannya.
Sementara itu di luar, para taruna di bawah pimpinan Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo tanpa menunggu hasil perundingan langsung melucuti tentara Jepang.
Senjata-senjata Jepang tersebut berhasil dikumpulkan. Namun tiba-tiba terdengar suara letusan senjata.
Letusan ini memicu kepanikan tentara Jepang yang menduga mereka dijebak sehingga mereka mulai sigap dan menembaki para taruna MAT.
Para taruna MAT mencoba melawan dan melepaskan tembakan pula namun pertempuran dinilai tidak seimbang. Pertempuran berakhir ketika hari mulai gelap. Prajurit yang masih hidup ditawan oleh pasukan tentara Jepang. Sementara beberapa di antaranya berhasil melarikan diri.
Mayor Daan Mogot, Letnan Satu Soebianto Djojohadikusumo, Kadet Soejono Djojohadikusumo, dan dua perwira dari Polisi Tentara serta 33 prajurit tewas dalam pertempuran.
Walaupun wafat di usia yang sangat muda, Daan Mogot merupakan perwira Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan banyak prestasi. Ia menjadi Mayor pada usia 16 tahun.
Ia mendirikan Akademi Militer Tangerang dan jadi direktur pertama akademi tersebut pada usia 17 tahun. Sementara Soebianto dan Soejono gugur pada usia 16 tahun.
“Dari cerita Daan Mogot dan Peristiwa Lengkong, sejak kecil saya belajar sebuah pelajaran abadi.”
“Pelajaran bahwa nilai-nilai patriotisme, idealisme dan keberpihakan kepada Merah Putih dapat dimulai dari usia sangat muda,” lanjut Menhan Prabowo. Untuk mengenai peristiwa bersejarah ini, setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Bakti Taruna.
Lettu Subianto Djojohadikusumo dan Taruna Sudjono Djojohadikusumo Yang Menginspirasi
Ketertarikan Prabowo akan dunia militer tidak terlepas dari dua sosok pamannya, Lettu Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soejono Djojohadikusumo.
Setelah kemerdekaan, Soebianto dan Soejono masuk tentara. Yang satu langsung perwira.
“Dia (Soebianto ) dari Fakultas Kedokteran. Mungkin karena dari kedokteran, dia langsung jadi perwira. Yang satu (Soejono ) masuk Akademi Militer Tangerang,” ungkap Menhan Prabowo.
Di rumah kakeknya, tambah Menhan Prabowo, terdapat dua kamar pamannya yang masih dipertahankan, termasuk ransel, helm, dan sepatu mereka.
“Jadi kakek saya setiap kali saya datang hari Minggu ke sana, dia sudah siapkan tendanya Soebianto dipasang lagi. Jadi saya disuruh main di tenda-tendaan.”
“Jadi dibawa ke kamarnya, dan ditunjukkan ini ranselnya, ini sepatunya, ini helmnya, itu tempat tidurnya,” kenang Menhan Prabowo (hal.52).***